Rabu, 26 Mei 2010

Captikus minuman khas Minahasa

Captikus Minuman Khas Tradisional dari Minahasa
• Proses Pembuatan
Proses pembuatan minuman tradisional captikus ini membutuhkan proses yang begitu sulit, dan menantang, karena orang yang memproduksi minuman ini harus memiliki keahlian dan keberanian dimana dalam mengambil bahan dasar captikus yaitu saguer harus juga melewati berbagai proses yang memakan waktu cukup lama, saguer itu sendiri sumbernya diambil/disadap dari pohon aren, dengan membutuhkan beberapa proses. Setelah mendapatkan bahan dasarnya, proses selanjutnya ialah saguer tersebut dimasak/dilakukan penyulingan dengan menggunakan alat tradisional yaitu drum dan bamboo jawa atau disebut masyarakat setempat bulu ta’aki. setelah itu menunggu beberapa jam sampai saguer tersebut mendidih dan uap yang dihasilkan dari saguer yang dimasak tersebut keluar melalui pipa penyaluran yang terbuat dari bamboo tersebut. Setelah uap saguer tersebut keluar itulah yang menjadi minuman captikus. Biasanya kadar alcohol dari captikus tersebut diatur dari seberapa banyak captikus yang diambil, semakin banyak captikus diambil maka kadar alcohol yang dihasilkan pula semakin menurun, biasanya jika ingin mendapatkan kadar alcohol yang baik, adalah apabila kita memasak 130 botol saguer maka hasil captikus yang diambil adalah 15-18 botol. Alcohol yang di hasilkan dari jumlah tersebut biasanya mempunyai kadar 50-70 persen.
• Pemasaran
Captikus yang dihasilkan tersebut kemudian di pasarkan dengan harga yang bervariasi, apabila dibeli langsung dari pembuatnya, harga perbotol sekitar Rp.4000 sedangkan jika di beli di warung warung penjual harganya sudah mencapai Rp.8000s/d10.000 per botol, lebih mahal lagi harganya apabila captikus tersebut bisa lolos sampai keluar daerah misalnya Maluku dan Irian, khusunya wilayah irian (Timika) harga captikus bisa menembus Rp.175.000 per botolnya. Sungguh fantastis memang harganya apabila bisa lolos sampai keluar daerah.
• Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Pemasaran
Pemasaran captikus sangat sulit, dikarenakan sampai saat ini belum ada peraturan jelas yang mengatur soal captikus ini. Begitu juga saat menjual captikus di warung warung, para penjual biasanya sembunyi sembunyi seakan akan seperti bermain petak umpet antara penjual dan pihak berwajib seperti Polisi, biasanya apabila ketahuan menjual captikus maka captikus tersebut langsung disita oleh aparat. Biasanya penjual langsung dipanggil pihak berwajib.

Arti Fam/Marga Minahasa

Arti Fam/Marga Minahasa
A

Abutan : Pembersih

Adam : Tenang

Agou : Anoa

Akai : Penjaga

Aling : Pembawa

Alui : Pelipur lara

Amoi : Teman sekerja

Andu : Tempat bersenang

Anes : Tawakal

Angkouw : Keemasan

Anis : Penghalau

Antou : Nama kembang

Arina : Tiang tengah

Assah : Pembuka jalan

Awondatu : Yang dikehendaki

Awui : Senang


B

Batas : Pemutus

Bella : Pasukan

Bokau : Bibit emas

Bokong : Mengikat

Bolang : Penangkap ikan

Bolung : Perisai

Bororing : Pembuat roreng

Boyoh : Pendamai

Buyung : Penurut


D

Damongilala: Benteng

Damopoli : Jujur dan adil

Dapu : Mematahkan

Datu : Pemimpin

Datumbanua : Kepala Walak

Dayoh : Karunia

Dededaka : Panah lidi hitam

Dendeng : Suara yang terang

Dengah : Hakim

Dewat : Menyeberangi

Dien : Dihiasi

Dimpudus : Cerdik kepalanya

Dipan : Ukuran depa

Dompis : Pekerja baik

Dondo : Prinsip

Dondokambei : Prinsip tetap

Donsu : Jimat penolak

Doodoh : Penggerak

Doringin : Penari

Dotulong : Pahlawan besar

Dumais : Menggenapi

Dumanauw : Pemenang

Dumbi : Didepan

Dungus : Berkedudukan

Dusaw : Pembuka


E

Egam : Menjaga

Egetan : Lonceng kecil

Ekel : Lirikan

Elean : Arah barat

Eman : Dipercaya

Emor : Lengkap

Endei : Dekat

Engka : Pegang

Enoch : Pilihan

Ering : Kurang besar


G

Ganda : Bambu besar

Gerung : Bunga ukiran

Gerungan : Bunga-bunga ukiran

Gigir : Mengikis rata

Gimon : Rupa yang indah

Girot : Pemutus

Goni : Cerdik

Goniwala : Cerdik akal

Gonta : Langkah

Gosal : Timbunan

Gumalag : Menanduk

Gumansing: Pembujuk

Gumion : Pegangan


I

Ilat : Menunggu

Imbar : Yang dibuang

Inarai : Baju jimat

Ingkiriwang : Dari angkasa

Inolatan : Pegang tangan

Intama : Pembawa

Item : Hitam


K

Kaat : Penglihatan

Kaawoan : Mampu kerja

Kaendo : Teman mapalus

Kaeng : Sempit

Kaes : Menyiram

Kainde : Ditakuti

Kairupan : Kekuatan

Kalalo : Amat berani

Kalangi : Dari langit

Kalempou : Mengunjungi

Kalempouw : Kawan baik

Kalengkongan: Tepat berjatuhan

Kalesaran : Pusat segala usaha

Kalici : Mempesona

Kaligis : Sama keluarga

Kalitow : Tertinggi

Kaloh : Sahabat setia

Kalonta : Perisai kayu

Kalumata : Pedang perang

Kamagi : Bunga hias

Kambey : Bunga hias

Kambong : Obor

Kamu : Pegang teguh

Kandio : Amat kecil berarti

Kandou : Bintang pagi

Kapantouw : Pembuat

Kaparang : Pandai mengukir

Kapele : Amat tegas

Kapoh : Pemuja

Kapoyos : Dukun pijat

Karamoy : Penunjuk

Karau : Antara

Karinda : Kawan serumah

Karundeng : Pengusut

Karuyan ; Di kejauhan

Karwur : Subur

Kasenda : Kawan sehidangan

Katopo : Keturunan opo

Katuuk : Pemegang rahasia

Kaunang : Cerdik

Kawatu : Pendirian teguh

Kawengian : Bintang sore

Kawilarang : Diatas terbuka

Kawulusan : Benteng

Kawung : Tersusun keatas

Kawuwung : Berkelebihan

Keincem : Penyimpan rahasia

Kekung : Pedang perisai

Keles : Bayi

Kelung : Perisah

Kembal : Agak lemah

Kembau : Kurang kuat

Kembuan : Sumber

Kenap : Genapkan

Kepel : Penakluk

Kerap : Seiring

Kere : Testa

Kesek : Penuh sesak

Kewas : Tumbuhan

Khodong : Kecil, menentukan

Kilapong : Batu kilat

Kindangen : Yang diberkati

Kirangen : Dimalui

Kiroiyan : Pengembara

Kodongan : Mengecil

Kojongian : Penggeleng kepala

Koleangan : Pemain

Kolibu : Banyak bekerja

Koloday : Saudara lelaki

Koly : Suka kerja

Komaling : Pembawa

Komaling : Penghormat

Kondoi : Lurus kedudukannya

Kontul : Kerja sendiri

Kopalit : Pendamai

Koraah : Suka panas matahari

Korah : Suka panas matahari

Korengkeng : Penakluk

Korompis : Hasil kerja yang baik

Koropitan : Penghukum

Korouw : Perkasa

Korua : Membagi dua

Kotambunan : Penimbun

Kountud : Kerja sendiri

Kowaas : Penggemar barang kuno

Kowonbon : Tahan uji

Kowu : Penempah

Kowulur : Ke gunung

Koyansouw : Pengipas

Kuhu : Menampakkan

Kulit : Kecukupan

Kullit : Cukup

Kumaat : Melihat

Kumaunang : Penyelidik cerdik

Kumayas : Membongkar

Kumendong : Pengumpul tenaga

Kumolontang : Melompat keliling

Kumontoy : Lurus hati

Kupon : Diharapkan

Kusen : Penutup

Kusoi : Cerdik


L

Lala : Berjalan

Lalamentik : Semut api

Lalowang : Perlumba

Lalu : Pendesak

Laluyan : Melintasi

Lambogia : Paras jernih

Lampah : Tak seimbang

Lampus : Tembus

Lanes : Kurang semangat

Langelo : Menapis

Langi : Tinggi

Langitan : Tinggian

Langkai : Dihormati

Languyu : Tanpa tujuan

Lantang : Berharga

Lantu : Penentu

Laoh : Manis

Lapian : Teladan

Lasut : Pemikir cerdas

Legi : Menipis

Legoh : Penelan manis pahit

Lembong : Pembalas budi

Lempas : Kedudukan

Lempou : Kunjungan

Lengkey : Dimuliakan

Lengkoan : Penghalang

Lengkong : Pendidik

Lensun : Diharapkan

Leong : Main

Lepar : Tujuan

Lesar : Halaman

Lewu : Tersendiri

Liando : Penimbang

Limbat : Berganti

Limbong : Ingat budi

Limpele : Penurut

Lincewas : Tumbuhan obat

Lintang : Bunyi-bunyian

Lintong : Pusat persoalan

Liogu : Jernih

Litow : Tinggi

Liu : Bijaksana

Liwe : Air mata

Loho : Perindu

Loing : Pengawas

Lolombulan : Bulan purnama

Lolong : Bulan

Lomboan : Lemparan keatas

Lompoliu : Pengajar

Lonan : Ramah

Londa : Perahu

Londok : Tinggi

Longdong : Penjaga

Lontaan : Pembuka jalan

Lontoh : Tinggi keatas

Losung : Pendesak

Lowai : Bayi lelaki

Lowing : Mengawasi

Ludong : Kepala negeri

Lumanau : Biasa berenang

Lumangkun : Penyimpan rahasia

Lumatau : Berpengetahuan

Lumempouw : Meliwati

Lumenta : Terbit

Lumentut : Bukti

Lumi : Meminggir

Lumingas : Membersihkan

Lumingkewas : Tepat dlm segala hal

Lumintang : Menunggalkan

Luminuut : Berpeluh

Lumoindong : Melindungi

Lumondong : Berlindung

Lumowa : Meliwati

Lumunon : Muka bercahaya

Luntungan : Memiliki jambul

Lutulung : Penolong


M

Maengkom : Penakluk

Maengkong : Mendidik

Mailangkai : Yang ditinggikan

Mailoor : Disenangi

Maindoka : Kecukupan

Mainsouw : Bersaudara 9

Mait : Obat pahit

Makadada : Memuaskan

Makal : Penutup lubang

Makaley : Melindungi/menutup

Makaliwe : Air mata

Makangares : Mengharap

Makaoron : Mengulung musuh

Makarawis : Puncak gunung

Makarawung : Tinggi usaha

Makatuuk : Hidup sentosa

Makawalang : Orang kaya

Makawulur : Dihormati

Makiolol : Selalu ikut

Makisanti : Dengan pedang

Malingkas : Tetap berada

Mamahit : Dukun obat pahit

Mamangkey : Pengangkat

Mamantouw : Penubuat

Mamanua : Pembuka negeri

Mamarimbing : Pemberi kesuburan

Mamba : Ditetapkan

Mambo : Penetapan

Mambu : Pemberi supa

Mamengko : Pemberi teka-teki

Mamentu : Pemberi rasa

Mamesah : Pembuka rahasia

Mamoto : Penjelasan

Mamuaya : Pemberi

Mamuntu : Mencapai puncak

Mamusung : Penangkal

Manalu : Ditingkatkan

Manampiring : Membuat jalan

Manangkod : Menahan musuh

Manapa : Pertanyaan

Manarisip : Membetulkan

Manaroinsong: Sumber air

Manayang : Pergi jauh

Mandagi : Menghiasi bunga

Mandang : Melambung tinggi

Mandey : Pandai

Manebu : Dewa peninjau

Manese : Bertindak dahulu

Mangare : Minta dibujuk

Mangempis : Merendahkan diri

Mangindaan : Tahan uji

Mangkey : Angkat

Mangowal : Pemancung

Mangundap : Berbahaya

Manimporok : Ke puncak

Manopo : Bersama datuk (opo)

Manorek : Mengganggu

Mantik : Meneliti/menulis

Mantiri : Pembuat benda halus

Mantoauw : Nubuat

Manua : Negeri

Manurip : Menyisip

Manus : Taruhan

Mapaliey : Menakuti musuh

Maramis : Menggenapi

Marentek : Tukang besi

Maringka : Berkekuatan

Masie : Tumbuhan obat

Masinambau : Tujuan pasti

Masing : Bergaram

Masoko : Pokok

Matindas : Ramping

Maukar : Menjaga

Mawei : Pembimbing

Maweru : Pembaharu

Mawikere : Teladan

Mawuntu : Kedudukan tinggi

Mekel : Lindungi

Mema : Berbuat

Mende : Pemalu

Mendur : Berguntur

Mengko : Teka-teki

Mentang : Pemutus

Mentu : Rasa

Mesak : Pendesak

Mewengkang : Pembuka jalan

Mewoh : Lemah lembut

Mince : Main

Mincelungan : Main perisai

Minder : Menderu

Mingkid : Pemberi acuan/konsep

Mogot : Penebus

Mokalu : Bersaudara

Mokolensang : Berdiam diri

Mokorimban : Pemberani

Momongan : Pemilik

Momor : Persatuan yang baik

Momuat : Pengurus jamuan

Mondigir : Meratakan

Mondong : Menyembunyikan

Mondoringin : Meratakan jalan

Mondou : Berangkat pagi

Mongi : Kuat kekar

Mongilala : Pengusir musuh

Mongisidi : Saksi dan bukti

Mongkaren : Membongkar

Mongkau : Mencari emas

Mongkol : Mematung

Mongula : Pemohon berkat

Moniaga : Kebesaran

Moninca : Pembuah ramai

Moningka : Penambah tenaga

Moniung : Menangis kecil

Mononimbar : Suka memberi

Mononutu : Pekerja tekun

Montolalu : Pembagi tugas

Montong : Pembawa

Montung : Pengangkat

Motto : Jelas

Muaya : Berani

Mudeng : Berdengung jauh

Mukuan : Mempunyai buku

Mumek : Penyelidik

Mumu : Simpanan cukup

Mundung : Bernaung

Muntu : Gunung

Muntu untu : Gunung bersusun

Muntuan : Ke gunung

Musak : Didesak

Mussu : Penjaga setia


N

Nangka : Diangkat

Nangon : Diangkat

Nangoy : Dipikul

Naray : Jimat

Nayoan : Diberi berkat

Nelwan : Tempat terbang

Nender : Gerakan

Ngala : Dirintangi

Ngangi : Di hati

Ngantung : Ditimbulkan

Ngayouw : Dmajukan

Ngion : Diperoleh


O

Ogi : Goyang

Ogot : Hakimi

Ogotan : Kena dendam

Oleng : Pikulan

Oley : Teladan

Ombeng : Kelebihan

Ombu : Cetakan rupa

Ompi : Tertutuo

Ondang : Pedang

Onsu : Jimat

Opit : Jepitan

Oroh : Perselisihan

Otay : Bertawakal


P

Paat : Pengangkat

Pai : Besar

Paila : Cukup besar

Pakasi : Pemberian

Palangiten : Sinar matahari

Palar : Tapak tangan

Palenewen : Dibenamkan

Palenteng : Peniup

Palilingan : Nasehat baik

Palit : Bekas luka

Panambunan : Timbunan besar

Panda : Pinter

Pandean : Amat pandai

Pandelaki : Pemegang bibit

Pandey : Pinter, pandai

Pandi : Penghancur

Pandong : Tenaga kuat

Pangalila : Berlebihan

Pangau : Jauh kedalam

Pangemanan : Dipercaya

Pangila : Berlebihan

Pangkerego : Suara nyaring

Pangkey : Diangkat

Pantonuwu : Tegas

Pantouw : Penolong bijaksana

Parengkuan : Kepala jimat

Paruntu : Tempat ketinggian

Paseki : Pengikat

Pasla : Tepat tujuan

Pauner : Tengah

Pele : Jimat

Pelengkahu : Emas tulen

Pendang : Pengajar

Pepah : Lemah lembut

Pesik : Pancaran bara

Pesot : Cekatan

Piay : Biasa

Pinangkaan : Tempat yang tinggi

Pinantik : Ditulis

Pinaria : Hubungan erat

Pinontoan : Menunggu

Pioh : Cucu

Piri : Semua satu

Pitong : Memungut

Pitoy : Diikuti

Podung : Dijunjung

Pola : Pengajak

Poli : Tempat suci

Polii : Pelita

Polimpong : Didewakan

Politon : Gembira selalu

Poluakan : Air berkumpul

Pomantouw : Penubuat

Ponamon : Pengasih

Pondaag : Pendamai

Pongayouw : Penghulu perang

Ponggawa : Pemberani

Pongilatan : Berkilat

Pongoh : Berisi padat

Ponosingon : Terbang

Pontoan : Menunggu

Pontoan : Menunggu

Pontoh : Pendek

Pontororing : Bercahaya

Poraweouw : Penunjukan

Porayouw : Perenang

Porong : Tudung kepala

Posumah : Pembagi

Potu : Tekun

Poyouw : Yang diberikan

Pua : Buah

Pungus : Pengawas

Punuh : Orang terdahulu

Purukan : Punya kedudukan

Pusung : Penangkal serangan

Putong : Penyelidik


R

Raintung : Daun bergerigi

Rambi : Bunyi merdu

Rambing : Bunyi suara merdu

Rambitan : Tambahan bunyi

Rampangilei : Kembar bersih

Rampen : Kelebihan

Rampengan : Berkelebihan

Ransun : Bawang

Ranti : Pedang

Rantung : Terapung

Raranta : Naik tangga

Rares : Sehat

Rarun : Sudah tua

Rasu : Penyimpan

Ratag : Terlepas

Ratu : Batu jumat

Ratulangi : Jimat dari langit

Ratumbuisang: Batu berbintik

Ratuwalangaouw: Batu berantai

Ratuwalangon: Batu panjang

Ratuwandang : Batu merah

Rau : Jauh

Rauta : Dewata

Regar : Bebas

Rei : Bebas celaka

Rembang : Burung rawa

Rembet : Berpegang teguh

Rempas : Memasak

Rengku : Tundukan

Rengkuan : Ditunduki

Rengkung : Dihormati

Repi : Pemikir

Retor : Penghalang

Rimper : Potong rata

Rindengan : Bergerigi

Rindengan : Sama-sama

Rindo-rindo : Suara gemuruh

Robot : Lebih

Rogahang : Berkeringat

Rogi : Banyak bicara

Rolangon : Berantai

Rolos : Kepala

Rombot : Dilebihi

Rompas : Penyimpan rahasia

Rompis : Pekerja baik/rukun

Rondo : Lurus

Rondonuwu : Bicara lurus

Rooro : Penggerak

Rori : Dihormati

Rorimpandey : Sempurna

Roring : Kemuliaan

Rorintulus : Cahaya

Rosok : Tepat

Ruaw : Bulan purnama

Ruidengan : Bersama

Rumagit : Menyambar

Rumambi : Membunyikan

Rumampen : Jadi satu

Rumampuk : Memutuskan

Rumayar : Mengibarkan

Rumbay : Tidak perduli

Rumende : Mendekati

Rumengan : Sejaman

Rumenser : Tetesan air

Rumimpunu : Yang dimuka

Rumincap : Berhati baik

Rumokoy : Membangunkan

Rumpesak : Kedudukan

Runturambi : Kehormatan


S

Salangka : Benda persembahan

Salendu : Banyak ide

Sambouw : Bunga kayu

Sambuaga : Bunga kayu cempaka

Sambul : Berlimpah

Sambur : Melimpah

Samola : Membesar

Sangkaeng : Paras kecil

Sangkal : Satu paras

Sarapung : Perkasa

Saraun : Sepintas remaja

Sarayar : Buka jemuran

Sariowan : Pelancong

Sarundayang : Pengiring

Saul : Lengah

Seke : Perorangan

Seko : Sentakan

Sembel : Penuh

Sembung : Bunga

Semeke : Tertawa

Senduk : Senang

Sengke : Guling

Sengkey : Pengguling

Senouw : Cepat

Sepang : Cabang jalan

Sigar : Kaya

Sigarlaki : Kekayaan

Simbar : Terbuang

Simbawa : Banyak kemauan

Sinaulan : Penasehat

Singal : Perintang musuh

Singkoh : Dibatasi

Sinolungan : Memprakarsai

Sirang : Potongan

Siwu : Penghancur musuh

Siwy : Siulan

Solang : Pedang

Somba : Pelindung

Sompi : Penyimpan rahasia

Sompotan : Meluputkan

Sondakh : Pengawas

Soputan : Letusan

Sorongan : Bergeser

Suak : Kepala

Sualang : Karunia

Suatan : Pengharapan

Sumaiku : Panjang idenya

Sumakud : Menewaskan

Sumakul : Menewaskan

Sumangkud : Terikat

Sumanti : Mempergunakan

Sumarandak : Gemerincing

Sumarauw : Pendidik

Sumele : Pembatas

Sumendap : Menyinari

Sumesei : Pengawas

Sumilat : Mengangkat

Sumlang : Main pedang

Sumolang : Memainkan pedang

Sumual : Memiliki kelebihan

Sumuan : Mengesahkan

Sundah : Tidak menetap

Sungkudon : Buah persembahan

Suot : Puas

Supit : Menjepit musuh

Surentu : Banyak bicara

Suwu : Serbu


T

Taas : Kuat

Tairas : Terangkat dari dalam

Talumepa : Berjalan didaratan

Talumewo : Perusak

Tambahani : Senang bersih

Tambalean : Menuju Barat

Tambarici : Dibelakang

Tambariki : Dibelakang

Tambayong : Gemar kekayaan

Tambengi : Amat cepat

Tambingon : Keliling

Tamboto : Menghias kepala

Tambun : Timbun

Tambunan : Timbunan

Tambuntuan : Puncak tinggi

Tambuwun : Menandingi

Tamon : Disayangi

Tampa : Bunga

Tampanatu : Bunga api

Tampanguma : Bunga mekar

Tampemawa : Turun kelembah

Tampemawa : Turun kelembah

Tampenawas : Memotong daun

Tampi : Setia

Tampinongkol: Suka berkelahi

Tandayu : Pemuji

Tangka : Amat tinggi

Tangkere : Teladan

Tangkow : Nyanyian

Tangkudung : Perisai pelindung

Tangkulung : Perisai pelinding

Tanod : Tambu

Tanor : Tambur

Tanos : Teratur

Tarandung : Jalan

Taroreh : Diangkat

Taulu : Dijunjung

Tawas : Penawar mujarab

Tendean : Tempat berpijak

Tengges : Tempat memasak

Tenggor : Menghilang

Tengker : Bergemuruh

Terok : Pedagang keliling

Tidayoh : Senang dihormati

Tiendas : Berkurang

Tikoalu : Penakluk

Tikonuwu : Pandai bicara

Tilaar : Kerinduan

Timbuleng : Pemikul

Timpal : Persekutuan

Tinangon : Terangkat

Tindengen : Pemalu

Tintingon : Melambung

Tirayoh : Senang dihormati

Tiwa : Menaiki puncak

Tiwow : Berniat

Toalu : Didepan

Todar : Bertahan

Togas : Pantang surut

Tololiu : Penghambat

Tombeng : Secepat angin

Tombokan : Berkelebihan

Tombokan : Pemukul akhir

Tompodung : Dijunjung

Tompunu : Membuyarkan musuh

Tongkeles : Percepat

Tooi : Pengikut

Torar : Biasa matahari

Torek : Berkekurangan

Towo : Dari atas

Tuegeh : Tumpukan

Tuera : Perintah

Tulandi : Pemecah batu

Tular : Penasehat

Tulenan : Tetap tolong

Tulung : Pandai menolong

Tulus : Penengah

Tulusan : Menengahi

Tumanduk : Pelindung

Tumangkeng : Merombak

Tumatar : Kebiasaan

Tumbei : Berkat

Tumbelaka : Diberkati

Tumbol : Penopang

Tumbuan : Kaya

Tumembouw : Berteman

Tumengkol : Penahan

Tumewu : Melenyapkan

Tumilaar : Yang dirindukan

Tumilesar : Telentang

Tumimomor : Tempat yang baik

Tumiwa : Ingatan

Tumiwang : Mengingat

Tumober : Hadiah

Tumondo : Tujuan pasti

Tumonggor : Disiapkan

Tumundo : Pembawa terang

Tumurang : Pemberi bibit

Tumuyu : Yang dituju

Tunas : Asli

Tundalangi : Tatapan dari langit

Tungka : Terangkat

Turang : Menopang

Turangan : Berkelebihan

Tuwaidan : Lengkap

Tuyu : Penunjuk

Tuyuwale : Menuju rumah


U

Uguy : Pembawa rejeki

Ukus : Kurang gemuk

Ulaan : Ditakuti

Umbas : Kuat bersih

Umboh : Penolak bahaya

Umpel : Menyenangkan

Undap : Cahaya sinar

Unsulangi : Diatas

Untu : Gunung


W

Waani : Pahlawan

Wagei : Tertarik

Wagiu : Cantik/rupawan

Waha : Bara api

Wahon : Moga-moga

Wakari : Teman serumah

Wala : Cahaya

Walalangi : Cahaya dari langit

Walanda : Cahaya berlalu

Walandouw : Cahaya siang

Walangitan : Cahaya kilat

Walean : Komplek rumah

Walebangko : Rumah besar

Walelang : Rumah tinggi

Waleleng : Rumah tersendiri

Walian : Dukun

Walintukan : Taufan

Waluyan : Lewat

Wanei : Prajurit

Wangania : Buat sekarang

Wangko : Besar

Wantah : Patokan

Wantania : Patokan tetap

Wantasen : Yang jadi patokan

Wariki : Pendidik

Watah : Berani

Watti : Nubut

Watugigir : Batu licin

Watuna : Biji bersih

Watung : Timbul terus

Watupongoh : Teguh

Waturandang : Batu merah

Watuseke : Berani

Wauran : Cabut pilihan

Wawoh : Ketinggian

Wawointama : Cita-cita tinggi

Wawolangi : Di ketinggian

Wawolumaya : Diatas puncak

Waworuntu : Diatas gunung

Weku : Penasehat

Welong : Kurang daya

Welong : Pemikul

Wenas : Penyembuh

Wenur : Persembahan

Weol : Penasehat

Wetik : Berperan

Wilar : Pembuka

Winerungan : Menghiasi

Winokan : Men coba

Woimbon : Bercahaya

Wokas : Penyelidik

Wola : Cahaya

Wondal : Jimat

Wongkar : Membangun

Wonok : Peruntuk

Wonte : Kuat teguh

Wooy : Hujan rahmat

Worang : Kuat ikatan

Worotikan : Pancarana api

Wotulo : Pembersih

Wowilang : Pendorong

Wowor : Obat kesohor

Wuisan : Pengusir

Wuisang : Mengusir

Wulur : Puncak

Wungkana : Gelang jimat

Wungow : Bicara seenaknya

Wuntu : Gunung

Wurangian : Pemarah

Wuwung : Kelebihan

Wuwungan : Diatas atap

Diambil dari berbagai sumber

Selasa, 25 Mei 2010

Asal Mula Kelurahan/Desa Tara Tara

Taratara awalnya terbentuk sekitar abad XVI yaitu pada sekitar tahun 1600. Kejadiannya bermula dari para pemburu binatang dan pedagang dari kampung Sarongsong (Tomohon), dimana mereka sering menelusuri sungai Ranowangko untuk mencari ikan, babi hutan, dsb dan selanjutnya meneruskan perjalanan pergi ke Tanawangko untuk mengambil garam. Karena perjalanannya jauh maka mereka sering beristirahat di suatu tempat di antara Sarongsong dan Tanawangko, yaitu disekitar kaki Gunung Lokon dan dekat dengan Sungai Ranowangko. Tempat itu tanahnya subur, banyak air juga tanaman-tanaman hasil hutan, dan banyak binatang buruan, sehingga Tulong dan Kalangi tertarik untuk selalu beristirahat di tempat itu, bahkan sambil bermalam. Mereka kemudian membuat terung (pondok) tempat berteduh sementara untuk berkebun. Terung itu pula adalah tempat beristirahat apabila mereka kembali dari Tanawangko untuk membawa garam. Karena hasil perkebunan cukup melimpah sehingga mereka membawa keluarga - keluarga mereka ikut serta untuk menginap di tempat itu, agar perjalanan mereka ke Tanawangko menjadi singkat, Tapi istri-istri mereka keberatan karena jauh dari kampung halaman tercinta, tetapi pada akhirnya mereka mau juga untuk berkebun dan menetap di tempat tersebut. Sampai di kebun mereka membuat pondok besar dan menetap di tempat yang baru setelah menerima tanda dari burung manguni yang berarti niat mereka untuk menetap di tempat yang baru dapat diterima.
Sebelum mereka memutuskan untuk menjadikan tempat itu sebagai tempat tinggal, mereka sembahyang untuk meminta tanda (wenang). Setelah sekitar 7 jam akhirnya mereka mendengar burung Manguni datang mendekat (berarti menjawab doa). Burung Manguni memberikan tanda sebanyak 9 kali (makasiow) berarti merestui / memberkati doa mereka. Setelah itu mereka yakin bahwa doa mereka terjawab maka mereka mengambil tongkat dan menancapkannya baru mereka membuat tempat berteduh (gonggulang). Perkembangan selanjutnya mereka mengganti tongkat itu dengan batu (yang sampai saat ini masih ada dan terletak di kintal Kel. Sembel G. Suot–Rau). Mereka memilih tempat itu karena subur . Tempat baru itu akhirnya disebut Tinalingaan. Tulong saat itu disebut Tonaas ne Sana Punten (pemimpin rombongan penduduk).
Pondok keluarga semakin banyak didirikan dan banyak keluarga yang berdatangan sehingga sudah menjadi suatu kampung yang kemudian disebut Tazataza. Ditengah - tengah perkampungan yaitu di Tinalingaan diletakkan Watu Tumani sebagai tanda pendirian desa Tazataza. Sebutan Tazataza diambil dari tumbuhan rumput Taztaz, atau rumput berbunga yang warnanya indah sekali. Dalam bahasa latin disebut : Elodea . Istilah tersebut diperhalus dengan masuknya bangsa Portugis dan Belanda di desa ini, menjadi Tazataza. Bunga tersebut bila dipatahkan atau diinjak menimbulkan bunyi ‘taz’ (menurut ejaan bahasa Tombulu), kalau rumput itu memiliki banyak batangnya, maka apabila terinjak akan berbunyi ‘taz…taz’ (dalam bahasa Tombulu).
Tumbuhan ini banyak tumbuh di sekitar daerah yang baru itu sehingga untuk mengingat tempat dimana mereka pernah kunjungi dan beristirahat para pengunjung atau pelancong menamakan daerah itu ‘Tazataza’ (dalam aksen bahasa Tombulu).
Begitu seterusnya hingga daerah ini menjadi ‘wanua’. Setelah adanya ‘wanua’ , maka diperlukan aturan-aturan yang harus ditaati oleh seluruh anggota ‘wanua’, supaya hidup tertib, aman, damai dan sentosa. Muncullah adat istiadat dan peradaban. Tulong kemudian dijadikan ‘Tu’a Taranak’ (kepala satu marga yang bertindak mengatur, menjaga adat/kepercayaan, dukun/pengobatan, dan bertindak menyelesaikan persoalan, melindungi penduduk, pemimpin perang dan berburu) yang mula-mula dengan dibantu oleh Kalangi. Setelah Tulong meninggal, Kalangi diangkat menjadi ‘Tu’a Taranak’ dengan pembantunya bernama Tambingon. Selanjutnya Tambingon memimpin lalu digantikan Sembel baru kemudian Lontoh. Pada tahun 1664, pada masa ‘Tu’a Taranak’ Lontoh, ditetapkan batas-batas desa Taratara, yaitu :
- Sebelah utara : Sampai pada lereng gunung Lokon 3.000 m.
- Sebelah barat : Sekitar 5.000 m.
- Sebelah selatan : Mengikuti batas daerah Sonder.
- Sebelah timur : Mengikuti aliran sungai Ranowangko sekitar 400 m.

Diambil dari : Berbagai Sumber

Koleksi Foto Aneh bin Ajaib